My Journey

My Journey
Sekapur Barus
Isi tulisan dipersembahkan hanya untuk diri sendiri, langkah apresiasi terhadap usaha diri, berjuang hidup untuk mandiri, menikmati hidup yang hanya sekali, sebagai bukti bahwa diri pernah berdiri dan menjalani hidup tanpa menyesali. Dipersilahkan kepada para penjelajah dunia maya untuk menjelajahi blog ini. blog yang berisi kumpulan tugas kuliah,catetan dan kejadian aneh lainnya. NO SARA , NO PORNO , NO RASIS . salam damai ! ! !

Kamis, 04 April 2013

110 cc


Jalan hidup memang tak dapat ditebak, dan itulah yang terjadi hingga tiba-tiba saja terlempar disudut kota demak, tepatnya sekitar 45 menit dari tembalang menggunakan sepeda motor 110cc tanpa lewat jalur bebas hambatan pastinya. Dan waktu tempuh tersebut tidak termasuk ketika melaju dijalan saat jam-jam kerja. Namun jika melaju dimalam hari dengan kecepatan rata-rata diatas 70km/jam mungkin hanya membutuhkan sekitar 20 menit. Berbagai jenis medan ditempuh, baik pegunungan ekstrim, perkotaan hingga menembus gelap gulita diantara tambak-tambak bandeng penopang hidup rata-rata masyarakat wilayah ini. Masyarakat pesisir dengan pola hidup mengikuti siklus musim barat dan timur meskipun akhir penghujung tahun 2012 hal tersebut tidak berlaku akibat perubahan ekstrim iklim didunia.
Memasuki desa ini cukup melewati jalan yang sepanjang jalannya dibelah sungai kecil yang membawa dosa dosa ’’manusia berakal’’ dan dibuang dilaut tuk disucikan.  Memanfaatkan sifat buffering laut hingga cenderung laut hanya dimanfaatkan oleh oknum-oknum berakal. Sepanjang aliran sungai itu pula dengan rapi berbaris Rhizopora sp ditepian sungai menyediakan lapak nyaman untuk ikan dan kepiting singgah bertelur. Layaknya lingkungan pesisir yang sebenarnya, kondisi asri dimana siang hari masyarakat bersahabat baik dengan teriknya matahari dan malam hari bersahabat baik dengan air laut yang bertamu dirumah penduduk. Khususnya ketika posisi matahari, bulan dan bumi dalam satu garis yang lurus, dibalik semua keindahan selalu ada sisi kelam. Kebiasaan  pemuda-pemudi yang berbondong-bondong mencari tempat nyaman dan remang tuk menyaksikan indahnya bulan purnama tak tahu jika dibalik hal tersebut menjadi momok yang mengerikan ketika laut pasang dalam titik maksimal dan mulai menggedor pintu-pintu rumah penduduk tuk mengisi kekosongan rumah-rumah.
Siklus alam yang selalu berputar dan terus terjadi memperngaruhi pola hidup masyarakat. Memaksa menggunakan akal yang diberkahi untuk terus bertahan dalan hidup berdampingan dengan alam. Meninggikan rumah, dipan tidur yang tinggi, pemasangan stopkontak setinggi kepala anak umur 10 tahun dan masih banyak lagi. Selalu beradaptasi dengan alam dan membuat rumah mereka senyaman mungkin meskipun ketika tidur banyak ikan glodok yang berseleweran dibawah dipan atau kepiting yang mencoba memanjat dipan.
Awal bencana ini dimulai sekitar tahun 2006, dimana terjadi erosi besar-besaran menghilangkan sebagian lahan dan tambak warga. Batas pantaipun makin mendekati wilayah pemukiman hingga sekarang belakang rumah wargapun sudah menjadi laut. Hanya dalam waktu kurang lebih 7 tahun semua berubah total. Dahulu  dimana pisang, kelapa bahkan semangka bisa tumbuh didaerah ini serta menjadi produsen  bandeng. Dan sekarang hanya dijumpai mangrove, semak belukar dan sisa-sisa akar pohon kelapa. Jumlah lahan tambak yang ada berkurang, banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi nelayan akibat hilangnya tambak mereka.
Air laut makin memasuki bagian-bagian desa terdalam, mengubah kandungan nutrient tanah dan menuntut tumbuhan yang memiliki kemampuan adatasi tinggi dan tetap bisa hidup. Yang lemah akan tersingkir dan yang kuat akan tetap kokoh, hukum rimbapun berlaku diwilayah pesisir. Tahun 2011 menjadi awal tahun yang mengubah segalanya, siklus berjalan ektrim dan mempengaruhi kondisi yang ada. Erosi makin besar serta pasang air laut makin tinggi, Ratusan juta digelontorkan pemerintah sebagai upaya mempertahankan stabilitas pantai yang ada. Pembangunan breakwater tuk melindungi warga dari terjangan ombak, khususnya ketika bulan januari dimana terjadi badai dan menyebabkan adanya strom surge. Naiknya muka level ini rentan akan hantaman penjalaran ombak dari pusat badai. Sayangnya breakwater yang baru berumur kurang dari setahun mulai memperlihatkan keuzurannya yang seharusnya belum patut diperlihatkan akibat pembangunan yang terkesan asal-asalan. Begitu juga Seawall atau Talut biasa warga setempat menyebutnya mulai tercerai berai akibat terjangan gelombang, padahal umurnya belum ada 2 tahun. Menurut warga talut tersebut cebat rusak akibat campuran material yang tidak sesuai tepatnya campuran komponen semen si-perekatyang sangat kurang. Berbagai LSM, organisasi kemahasiswaan dan instansi-instansi swasta berlomba-lomba penanaman mangrove, mencoba melindungi tanah timbul sloko dari ancaman laut. Mulai dari 1000 bibit, 3000 bibit bahkan 10.000 bibit.
Berada disini, melihat dan berdampingan langsung, mengubah cara pandang hidup. Menjadi bagian yang mampu melindungi desa ini sangatlah sebuah kebanggaan. Bukan berarti mengganggu siklus alam untuk melindungi desa ini, biarkan saja siklus alam berlangsung toh itu sudah menjadi hukum alam. Menjadi sahabat alam adalah jalan utama melindungi desa, dan berharap 3 bulan ini menjadi seribu tahun kelangsungan desa ini.

Rabu, 03 April 2013

simple post


Mudflat trip
foot
Almost  2 weeks, iam staying at small village a part of demak. When we look by visual it’s the beatiful village. But actually along spring tide coming it will become terrible, when sea water level highest than another days.it happened when i arrived at the village. Sea water fulfill the way  also at home. Many a crab fawning get out from river, finding nice place for take a rest(maybe)
Every day we have the target and today our target is the cliff. We are going to cliff  by walking not using a boat.yeah,we’re walking to catch the target. We must passing the mangrove ecology, natural mangrove just a little bt human’s intervention, so mudflat is our way. This is not first time im walking on mudway, 20 m like is we were walking 100 m. This is heavy field, it’s different  not like another mud. Where which water and fluvial sediment are ballance, so it easy to past it. But it does’nt work on this field, dominated of  fluvial sediment and sure it really sticky.Like a glue-need more energy. Along the way we made the film director, tell about our trip including when we lost in mangrove forest.haha
Finally, we found the cliff a 16.18pm. we spend 2 hours in mudtrap. We took some picture and made some analysis. Nice trip but tired also.